28 December 2007

Konser KKMK St Arnoldus di SPC-Gatot Subroto

Hari-hari berkejaran, waktu saling membalap. Aku pun jadi ikut berlari segera selesaikan banyak hal yang sudah menjadi rutinitasku. Supaya sebisa mungkin bisa ikutan koor en jadi lektornya natalan kelompok Panasonic Gobel. Yup KKMK Arnoldus diminta untuk ngisi koor dan mengatur semua liturgis Perayaan Natal Bersama Kelompok Gobel (PT Panasonic dan beberapa perusahaan lainnya yang termasuk dalam Kelompok Gobel)

Aku hanya sempat datang latihan sebanyak dua kali saja. Selasa dan Jumat sebelum hari H, Minggu 16 Desember 2007. Cukup terkesan dengan Luis yang baru beberapa bulan bergabung telah menjadi pelatih sekaligus dirigen koor KKMK Arnoldus. Bagus.....!!!Experience banget ngelatih ya he..he...

Setelah waktu merasa lelah karena detik-detik tak pernah berhenti berloncatan, akhirnya hari H itu datang juga. Minggu, 16 Desember 2007, pukul 06.45 WIB sebanyak 30 orang pendukung team koor dari KKMK St Arnoldus, meluncur menuju Gedung SPC di Gatot Subroto-Jakarta Selatan (Pancoran) dengan sebuah bus TNI AL dan sebuah mobil carry.

Pukul 07.30 WIB, kita akhirnya sampai di Gedung SPC itu, yang akan menjadi saksi paduan suara kita. Wajah-wajah cantik dan ganteng-ganteng berjalan tegap dan berbalutkan seragam batik merah marun memasuki ruangan yang akan menjadi tempat berlangsungnya acara Natal bersama Kelompok Gobel Panasonic. Ruangan itu cukup besar. Lebih besar dari gereja kita di St Arnoldus. Di belakang altar, dekorasinya sebuah goa besar dengan desain cantik, di sebelah kiri ada pohon natal yang tingginya 3 meter lebih juga dengan segala hiasan dan semua ornamen berwarna. Tirai-tirai di sekitar altar juga dipadu padan warna pastel lembut, pink, ungu muda dan putih. Cantik dan lembut menyiratkan terang natal yang damai di hati umatnya. Tanaman-tanaman hias dan hijau di bawah panggung memberi suasana segar.

Hujan gerimis menciptakan suasana yang lengang di gedung itu, bangku-bangku yang berjumlah 850 buah belum terisi penuh semuanya, meskipun waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Tetapi kesibukan panitia terlihat jelas di semua sudut gedung itu. POKE ENTERPRISE yang jadi Even Organizernya loh....Ada yang sibuk siapkan drama natal, sibuk urus konsumsi, sibuk siapkan sinterklas dan hadiah2 natal untuk anak-anak, sound system, peralatan dan banyak lagi.

Pukul 09.30 Ibadah Natal dipimpin Romo Yosef dari Rawamangun dimulai. Semua mengalir dengan baik. Khotbah natal yang disampaikan juga sangat menarik, lewat cerita-cerita dan simbol membuat lebih berkesan di hati. Begitu juga dengan lagu-lagunya yang kami santap dan kunyah dengan pita suara kami, rahang vocal kami, olah mulut kami dan penjiwaan hati kami (seperti yang dipesankan Luis he..he..)

Selesai acara ibadah, ada satu kalimat penghiburan yang cukup menyenangkan di telinga kami " Kalo yang umat yang datang tadi tidak terlalu mengerti musik, kalian tidak hanya dinilai 100 tapi 150! Tapi jika yang datang tadi bener2 mengerti musik ya nilainya menjadi 70! Cukup baik" ujar Luis di balik panggung ketika acara selesai.
Ya, kami berusaha memberi yang terbaik, biar gak sia-sia sering pulang malam sampe jam 22.30 lewat jika latihan koor.

Kami juga cukup terhibur tampil narsis kemarin, jadi dancer heboh saat band nyanyi lagu-lagu riang Natal. Pengarah gayanya ya Sdr. Victor Soni dan Kus he..he.... Tertawa-tawa dan bercanda-canda luapkan sukacita kebersamaan di Natal Panasonic Gobel siang itu.

19 December 2007

Pohon yang Kehilangan Rohnya



Kali ini, saya ingin bercerita tentang salah satu kebiasaan yang ditemui pada penduduk yang tinggal di sekitar kepulauan Solomon, yang letaknya di Pasifik Selatan. Nah, penduduk primitif yang tinggal di sana punya sebuah kebiasaan yang menarik yakni meneriaki pohon. Untuk apa? Kebiasaan ini ternyata mereka lakukan apabila terdapat pohon dengan akar-akar yang sangat kuat dan sulit untuk dipotong dengan kapak.

Inilah yang mereka lalukan, dengan tujuan supaya pohon itu mati.
Caranya adalah, beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan memanjat hingga ke atas pohon itu.

Lalu, ketika sampai di atas pohon itu bersama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak sekuat-kuatnya kepada pohon itu. Mereka lakukan teriakan berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari. Dan apa yang terjadi sungguh menakjubkan. Pohon yang diteriaki itu perlahan-lahan daunnya akan mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya juga mulai akan rontok dan perlahan-lahan pohon itu akan mati dan dengan demikian, mudahlah ditumbangkan.

Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan oleh penduduk primitif ini sungguhlah aneh. Namun kita bisa belajar satu hal dari mereka. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap mahkluk hidup tertentu seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.

Akibatnya, dalam waktu panjang, makhluk hidup itu akan mati. Nah, sekarang apakah yang bisa kita pelajari dari kebiasaan penduduk primitif di kepulauan Solomon ini? O, sangat berharga sekali! Yang jelas, ingatlah baik-baik bahwa setiap kali Anda berteriak kepada mahkluk hidup tertentu maka berarti Anda sedang mematikan rohnya.

Pernahkah Anda berteriak pada anak Anda? Ayo cepat! Dasar leletan! Bego banget sih.. Hitungan mudah begitu aja nggak bisa dikerjakan... Ayo, jangan main-main disini. Berisik! Bising!


Atau, pernahkah Anda berteriak kepada orang tua Anda karena merasa mereka membuat Anda jengkel? Kenapa sih makan aja berceceran? Kenapa sih sakit sedikit aja mengeluh begitu? Kenapa sih jarak dekat aja minta diantar?
Mama, tolong nggak usah cerewet, boleh nggak? Atau, mungkin Anda pun berteriak balik kepada pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati? Cuih! Saya nyesal kawin dengan orang seperti kamu, tahu nggak?! Bodoh banget jadi laki nggak bisa apa-apa! Aduh.. Perempuan kampungan banget sih?!


Atau, bisa seorang guru berteriak pada anak didiknya. Eh tolol, soal mudah begitu aja nggak bisa. Kapan kamu mulai akan jadi pinter? Atau seorang atasan berteriak pada bawahannya saat merasa kesel. Eh tahu nggak, karyawan kayak kamu tuh kalo pergi aku kagak bakal nyesel. Ada banyak yang bisa gantiin kamu... Sial!
Kerja gini nggak becus... Ngapain gue gaji elu?!

Ingatlah, setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka ingatlah dengan apa yang diajarkan oleh penduduk kepulauan Solomon ini. Mereka mengajari kita bahwa setiap kali kita mulai berteriak, kita mulai mematikan roh pada orang yang kita cintai. Kita juga mematikan roh yang mempertautkan hubungan kita. Teriakan-teriakan, yang kita keluarkan karena emosi-emosi kita perlahan-lahan, pada akhirnya akan membunuh roh yang telah melekatkan hubungan kita.


Jadi, ketika masih ada kesempatan untuk berbicara baik-baik, cobalah untuk mendiskusikan mengenai apa yang Anda harapkan. Coba kita perhatikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Teriakan, hanya kita berikan tatkala kita bicara dengan orang yang jauh jaraknya, bukan?! Nah, tahukah Anda mengapa orang yang marah dan emosional, mengunakan teriakan-teriakan padahal jarak mereka hanya beberapa belas centimeter. Mudah menjelaskannya. Pada realitanya,
meskipun secara fisik mereka dekat tapi sebenarnya hati mereka begituuuu jauhnya. Itulah sebabnya mereka harus saling berteriak.

Selain itu, dengan berteriak, tanpa sadar mereka pun mulai berusaha melukai serta mematikan roh pada orang yang dimarahi kerena perasaan-perasaan dendam, benci atau kemarahan yang dimiliki. Kita berteriak karena kita ingin melukai, kita ingin membalas.

Jadi mulai sekarang ingatlah selalu. Jika kita tetap ingin roh pada orang yang kita sayangi tetap tumbuh, berkembang dan tidak mati, janganlah menggunakan teriakan-teriakan. Tapi, sebaliknya apabila Anda ingin segera membunuh roh pada orang lain ataupun roh pada hubungan Anda, selalulah berteriak.
Hanya ada 2 kemungkinan balasan yang Anda akan terima. Anda akan semakin dijauhi. Ataupun Anda akan mendapatkan teriakan balik sebagai balasannya.

Saatnya sekarang, kita coba ciptakan kehidupan yang damai tanpa harus berteriak-teriak untuk mencapai tujuan kita.

(Kiriman Bu Lupi Priyanto)

Killer Statement




Ada sebuah istilah komunikasi negatif dalam Kecerdasan Emosional yang disebut killer statement. Apa itu killer statement? Gampangnya, killer statement itu adalah segala bentuk pernyataan kita yang kita keluarkan, sadar maupun tidak, tetapi melukai dan mampu merusak mental maupun semangat orang lain.

Jenis-jenis killer statement ini, tanpa sadar kita dengar setiap hari, atau barangkali tanpa sadar kita keluarkan dengan maksud bercanda, memotivasi, tapi justru merusak. Nah, kalimat-kalimat perusak jiwa yang menghasilkan perasaan yang negatif pada diri seseorang itulah yang seringkali kita sebut killer statement. Menariknya, sejarah dunia komik pun pernah mencatat akibat buruk dari killer statement yang pernah diterima oleh dua anak bernama Jerry Siegel dan Joe Shuster. Kisahnya begini. Di masa depresi yang melanda Amerika pada 1933, Jeery Siegel mempunyai ide menciptakan seorang tokoh pahlawan anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa. Tenaganya lebih kuat dari besi, bisa terbang dan asalnya dari planet lain. Maka, bersama dengan temannya yakni Joe Shuster yang pandai melukis,diciptakanlah untuk pertama kalinya gambaran manusia baja tersebut. Tetapi gambaran komik manusia super itu tidaklah begitu menarik. Kecaman dan kritikan diterima. Selama enam tahun berturut-turut komiknya pun ditolak sana-sini. Hingga akhirnya, puncak kehancuran mental Siegel dan Shuster terjadi saat mereka mendengar ada editor dari Detective Comics yang membutuhkan komik strips. Lantas mereka pun mencoba menjual kepada mereka. Tapi, saat membuka-buka dan melihat gambaran komik mereka, para editor pun tertawa dan berkata, "Wah, nggak akan ada yang percaya dengan ide komik seperti ini. Gambarnya murahan dan tak mungkin laku dijual".

Maka, karena sudah terlalu frustrasi dengan penolakan dan kalimat yang
menghancurkan itu, Shuster dan Siegel akhirnya sepakat menjual komik serta segala hak ciptanya kepada Detective Comics hanya senilai US$130. Perhatikan baik-baik, hanya seharga US$130 ! Tapi, itulah kesalahan terbesar Siegel dan Shuster akibat terlalu mendengarkan killer statement yang diterimanya. Karena, beberapa saat setelah komiknya dibeli, karakter komiknya ternyata menjadi pujaan.

Anda pasti bisa menebak.
Itulah tokoh Superman, manusia Krypton dengan kemampuan terbang, penglihatan super serta kekuatan fisik yang luar biasa. Komik Superman menjadi begitu laris, hingga difilmkan, karakternya menjadi tokoh idola anak-anak. Sementara Shuster dan Siegel, penciptanya yang pertama, hanya bisa gigit jari. Tokoh Superman menjadi populer dan meraup keuntungan miliaran dolar AS. Tapi tokoh penciptanya hanya mendapat US$130, bahkan hidup dalam utang dan kemiskinan.

Untungnya, pada 1975 setelah mendapatkan tekanan bertubi-tubi dari publik yang menganggap Detective Comics tidak berperikemanusiaan dengan membiarkan pencipta Superman hidup dalam miskin, akhirnya Detective Comics sepakat memberikan jaminan finansial. Tetapi, kalau kita melihat kembali, itulah harga dari sebuah killer statement yang telah menghancurkan karir dan kehidupan dua orang bocah bernama Shuster dan Siegel. Pembaca, kisah ini kiranya membuat kita sadar akan bahaya dari killer statement dalam hubungan interpersonal kita. Memang, kadang killer statement ini diucapkan tidak dengan intensi yang negatif, tapi dampaknya, sungguh merusak! Namun, bisa juga killer statement ini diucapkan dengan maksud khusus untuk menjatuhkan mental orang yang mendengarnya.

Tip penting


Untuk itu, ada beberapa tip penting bagi kita.

Pertama, hati-hati dengan killer statement yang mungkin kita ucapkan baik kepada anak kita, pasangan hidup kita, rekan kerja maupun bawahan kita. Killer statement ini menunjukkan bahwa kalimat yang diucapkan tanpa pertimbangan, bisa membunuh potensi, kemampuan maupun karakter baik seseorang.
Karena itu, kalaupun Anda sedang stress, sedang tidak dalam kondisi mood untuk bicara, merasa tidak puas dengan hasilnya, ataupun merasa tidak suka dengan apa yang Anda saksikan, usahakan untuk menghindari menggunakan kalimat yang bernada menghancurkan atau mencela.

Kedua, kita sendiri sebagai orang yang akan dan biasa menerima killer statement dari orang-orang di sekitar kita, lebih baik kita siapkan anti virus bagi kita sendiri. Anti virus ini berisi kalimat lain yang kita ucapkan pada diri kita sendiri, meskipun orang lain sudah mengatakan killer statement itu kepada kita.

Dalam workshop Kecerdasan Emosional yang kami lakukan, salah satu latihan yang kami berikan adalah dengan menggunakan kalimat penguatan positif yang cepat menetralkan meskipun orang lain telah mengatakan hal yang buruk kepada Anda. Menariknya, juga di salah satu acara kontes menyanyi, ada seorang penyanyi kodang yang sudah tua, tapi diundang menjadi tamu untuk juri. Saat itu ada seorang penyanyi yang mendapat penilaian buruk dan akhirnya tersingkir. Saat sebelum mundur, si penyanyi tua ini memberikan nasihat,"Jangan pedulikan hasil penilaian ini buatmu. Yang penting adalah kuatkanlah dirimu terus. Sayapun tidak pernah menjuarai kontes menyanyi, toh dengan kegigihan, saya bisa menjadi seorang penyanyi. Teruslah berlatih dan buktikan dirimu bisa berhasil". Wow, mata saya berkaca-kaca mendengar motivasi dari sang artis dan bintang penyanyi tua ini. Sungguh suatu kata-kata penguatan yang luar biasa. Andapun harus mengatakan hal yang sama kepada diri Anda, saat Anda diberikan kata-kata negatif ataupun killer statement.

Ingatlah pembaca, jangan sampai potensi dan kemampuan Anda dirusak oleh kata-kata dari kalimat orang yang tidak bertanggung jawab.
Merekalah yang sebenarnya punya masalah dengan diri mereka. Jangan biarkan mereka merusak diri Anda. Jangan biarkan mereka mencuri mimpi Anda.

Sumber: Killer Statement oleh Anthony Dio Martin