28 April 2007

Suara dari Kegelapan


Dengan diiringi alunan musik lembut lagu persembahan, seorang “Murti” berjalan tertatih tanpa rasa malu dan enggan, maju ke depan membawakan piala berisi Hosti untuk dipersembahkan kepada Romo yang telah menunggunya di depan altar.


Saat ia maju dari kursi barisan paling belakang, semua mata memandangnya, dengan ekspresi pandangan yang berbeda-beda. Mungkin ada tatapan kasih, tatapan heran, tatapan kasihan, atau ada juga tatapan kosong tak berarti.


Tapi Murti terus maju, tak peduli! Matanya yang terlihat putih semua, karena tak memiliki iris, tegak lurus menatap ke depan. Ia tak dapat melihat, tapi kutahu hatinya melihat Tuhan!


Sabtu, 17 Februari 2007 di St Arnoldus Bekasi, di misa sore pukul 17.30 menjadi misa yang tidak biasa. Ada sedikit nuansa yang berbeda, anak-anak yang bukan karena keinginannya dilahirkan dengan keterbatasan-keterbatasan fisik. Mereka terlahir tuna netra, terlahir dalam kegelapan. Masih harus ditambah dengan keterbelakangan mental, entah dengan alasan apa mereka terlahir demikian. “Berat beban hidup yang harus mereka tanggung. Belum lagi ada sebagian dari mereka yang harus berlapang dada, karena kelahiran mereka tidak diharapkan oleh kedua orangtuanya. Dan harus cukup senang tinggal di panti asuhan,”ujar Mbak Buang salah seorang Pembina Rawinala


Tetapi, segala keterbatasan yang mereka miliki bukanlah halangan buat mereka untuk dapat melayani dan mencintai. Mereka memakai apapun yang mereka punya untuk melakukan sesuatu yang berarti.” begitu ujarnya lagi.


Misa berjalan terus. Di akhir misa Swo Ot, teman Murti maju ke mimbar dan menyanyikan sebuah lagu, lagu dari hatinya tentang suara dari kegelapan.


Kegelapan yang setia menjadi teman hidupnya. Ia bernyanyi tentang keyakinan dan kepercayaannya bahwa meski ia tak melihat dan cacat mental, ia tahu rupa ayah dan ibunya lewat belaian lembut dan hangatnya kasih sayang. Mungkin Swo Ot lebih beruntung dari teman-temannya yang masih merasakan kasih sayang orangtuanya, atau mungkin itu hanya lagu khayalannya, tapi itu tak penting.


“ Ia menyanyi dengan baik”.

“Suaranya bagus dan menyayat hati”

“Ia sangat memukau untuk seorang tuna netra yang memiliki keterbelakangan mental.”

Begitu menurut beberapa umat ketika diwawancarai tentang lagu Swo Ot, usai misa istimewa tsb.

Hal tak biasa lainnya di misa itu, yaitu adanya pemberian bunga dari 2 orang anak kecil kepada Romo yang memimpin misa saat itu, dan satu dari antaranya menyematkan bunga ke jubah Romo, tanda cinta dan sayang.


Selesai misa, acara berlanjut ke aula, dimulai pukul 19.00.WIB

Valentine days kali ini diorganisir oleh orang-orang muda St Arnoldus, Mudika, BIR, KKMK, PKK KAMU dsb, kerja sama dengan sie Devosi St Arnoldus. Mereka mencoba memberi warna lain di malam itu.

Acara pembukaan dibuka oleh MC dari seorang anak mudika Ayu, dan seorang yang juga memiliki keterbatasan fisik, yang menggunakan kedua tangannya untuk membantunya berjalan dan berlari.

Satu hal yang sangat menggelitik, adalah saat Mas Sulistomo, pemandu talk show, bertanya kepada salah seorang Pembina Rawinala tentang apa yang menarik selama mendampingi anak-anak Rawinala dan jawabnya adalah “Belajar SABAR dan SABAR!” ujar Mbak Buang. “Suatu hal yang simple tapi dalam. Ya kesabaran! Kesabaran yang bukan sebatas pada kata saja tapi sabar yang menyatu dengan pengertian dan penerimaan totalitas tentang keadaan yang kita tidak dapat kendalikan” ujar Mas Sulis menimpali.


Di sela-sela talkshow diadakan lelang lagu. Ada decak kagum dan beberapa pasang mata yang terpana saat mereka begitu terampil memainkan beberapa alat musik seperti organ, gitar, drum begitu senada dan serasi dengan suara vokalisnya.


Mereka menyanyikan beberapa lagu cinta baik dari dalam dan luar negeri dengan begitu indah dan memukau. Mereka bermain dengan wajah berseri-seri, tak dapat ditangkap sedikitpun kesan sedih di mata mereka,

Setelah itu ada lantunan puisi lembut, beberapa barisnya kira-kira seperti ini:


Aku dan kamu beda

Aku adalah aku

Kamu adalah kamu

Tapi kami berjuang untuk dapat menjadi seperti kamu!”

……………………………..

Dan saat lantunan beberapa puisi, ditayangkan juga sekilas video singkat tentang keseharian mereka di Panti Asuhan Rawinala, mulai dari bangun tidur, membersihkan diri, sekolah, pendidikan keterampilan seperti bermain musik, berenang, berolahraga, membersihkan rumah seperti mengepel lantai, menyapu, mengelap kaca dan sebagainya.
Sekilas tampak lucu, namun sekilas tampak mengharukan! Mereka terlihat sungguh-sungguh berjuang untuk dapat sama dengan kita, untuk dapat bertahan hidup dan membuktikan pada semua orang, membuktikan pada dunia bahwa mereka dapat LEBIH BESAR daripada apapun juga yang dapat terjadi pada mereka

.

“Mereka berjuang, butuh begitu banyak waktu, begitu banyak kesabaran, begitu banyak keuletan, begitu banyak kerja keras tanpa lelah, dan mungkin begitu banyak air mata,


Perlu bertahun-tahun untuk dapat memainkan gitar dengan baik, untuk dapat memainkan drum, organ dan alat-alat musik lainnya. Perlu ratusan latihan atau mungkin bahkan ribuan latihan agar mereka dapat tampil seperti band-band normal lainnya dalam menyelaraskan nada, menyanyi dengan indah dan memberikan penampilan yang terbaiknya. Mereka berhasil, melewati ruang dan waktu dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Mereka juga sudah berhasil masuk dapur rekaman dan membuat album. Mereka dapat bertahan, mereka dapat terus melanjutkan hidup! Hidup yang tidak hanya sekedar hidup, tapi hidup untuk menjadi berarti, menjadi seseuatu yang bermakna.” Ujar MC di menit-menit terakhir acara tsb, menggugah rasa para hadirin yang datang di malam itu.


Akhirnya peserta yang hadir diajak untuk dapat ikut mengekspresikan rasa kagum mereka, rasa sayang dan simpatinya dengan maju ke depan secara spontan memberikan bunga-bunga yang ada di panitia, kepada anak-anak luar biasa tersebut. Tidak hanya bunga tapi juga coklat sembari saling menari bersama diiringi musik yang terus mengalun, saling berbaur untuk berbagi kebahagiaan. Uang hasil lelang lagu seluruhnya diberikan kepada anak-anak panti asuhan Rawinala.


Indahnya berbagi kasih sayang pada sesama,

Selamat dan proviciat buat sie Devosi dan sie Kepemudaan, terutama buat Ibu Tuti dari sie Devosi selaku ketua panitia, yang memberikan ide pelaksanaan acara ini.Pak Dedi Abas selaku ketua sie Kepemudaan. Dan juga seluruh rekan-rekan panitia, undangan dan umat yang ikut berpartisipasi. Mohon maaf untuk semua kekurangan.

Dan Happy Valentine Days!

Hilang

Kucoba bergegas mencari matahari

Yang kudengar katanya berlari

Janganlah pergi


Kecamuk tak pasti, membakar emosi

Dimana damai yang aku cari?

Jauh……………………….


Banyak hal yang mesti kucari

Hilang ………

Menjauh…………….

Tapi hatiku tahu

Semuanya kan kembali disini.

Bekasi, 22 Oktober 2006

Pelangi

Sahabat,

Hujan sudah mulai reda

Dan diatas sana

Ada warna pelangi


Sahabat,

Hujan sudah biasa

Petir, halilintar dan angin kencang

Seperti kemarin

Sudah biasa


Pelangi telah mengajariku tentang harapan

Kala sedih dan air mata mengalir

Berteman luka dan kecewa

Aku ingat pelangi yang warna-warni

Lembut dan serasi seperti lukisan alami


Setelah hujan badai

Setelah petir menggelegar

Setelah kilat yang menakutkan

Setelah langit gelap

Setelah angin kencang

Ingat pelangi


Pelangi,

Mengingatkanku bahwa masih ada matahari

Matahari yang mengajarku juga untuk setia

Setia jalani hidup apa adanya

Tidak menangis kala sendiri

Kala bintang dan bulan mengambil alih

Toh, masih ada esok hari

Untuk dapat bersinar lagi


(Tol Ckr-Bks, 17 Mar'07)

Rindu


Menjumpaimu ketika sang surya malu-malu beranjak pergi

Hanya lewat kenangan-kenangan yang diterbangkan angin


Ada pancaran kesederhanaan yang memikat

Kerendahan hati dan kehangatanmu

Membuatku tersenyum

Tergetar bersama gelombang


Telah kukirim senyumku padamu kakanda,

Tak habis-habisnya kumengerti

Dan telah kubiarkan semua kenangan tentangmu

Selalu menemaniku melewati hari-hari


Angin mengantarkan kerinduan

Yang membawaku sampai disini

Ingin kuurai rindu

Meski kadang ada tanya yang menari

Bagaimana dapat kuterjemahkan mimpi-mimpimu

Tentang kita di esok hari


Rapi kusimpan catatan bersamamu

Meski baru beberapa lembar saja

Tapi hati tak pernah bohong,

Ada rasa damai di dekatmu.

Di matamu ingin kugambarkan perjalanan hatiku.

(Bekasi, 17 Nov 2006)

Tentang Mimpi



Telah kuungsikan mimpi

Ucapkan selamat tinggal pada sawah ladang

Aku pergi ulurkan persahabatan dengan mesin-mesin pabrik,

Gedung-gedung perkantoran yang katanya menjanjikan!

Tergoda nyanyian zaman yang dibawa televisi-televisi masuk ke seluruh denyut nadiku

aliran darahku, merasuk, mengalir...... dan membangkitkan gairahku untuk bermimpi



Gemerlap kota Jakarta.............

Ya, dan aku pun terhanyut

Terus mabuk……….mabuk!

Tak berpijak lagi pada bumi dan tanah leluhur yang melahirkanku

Gelombang dan terpaan yang dimiliki Jakarta dengan iramanya

Seperti magnet bagiku.



Tapi lama-lama irama itu mengapa makin menyayat-nyayat hati, genderangnya apalagi

Melindas tanpa ampun, tanpa bulu, tanpa iba……

Buat aku yang pasrah dan bergantung begitu saja pada angin dan rintik hujan


Akhirnya, aku terseret ke lorong-lorong jalan, ke terminal-terminal, ke lampu merah-lampu merah.

Sambil jajakan dagangan, dan teriakkan harapan

Harap daganganku laku dan pulang bawa uang untuk anak-istriku

Belajar terjemahkan tiap langkahku, aduh…..mengapa?

Tangis batin menjerit-jerit!

tapi terhibur pengertian dan kesabaran

setiap kali Matahari mengunyah airmata

Air mata yang terus menghitung berapa utang terbebani


Tapi, mimpi itu tetap ada

Mimpi pijar lampu neon kota, mimpi anakku bisa sekolah

Meski ribuan rintik hujan berjuang berkali-kali menguburnya dalam tanah yang berpijak-pijak.


Mimpi yang akhirnya tercecer di setiap perempatan-perempatan jalan.

Kala lampu di situ tidak merah,

Ingin kuteriakkan pada angin, pada daun, pada aspal, pada hujan

“Aku baik-baik saja, Bung!”

Dan kulayangkan senyum pada surat-surat kabar kota, moncong2 radio

Dan stasiun-stasiun TV,

Lalu, kuceritakan kisah daun, meski pohon tak menginginkannya lagi

Ia tetap setia pada sang pohon,

Walau orang berpikir ia selingkuh pada tanah yang menerimanya iklas saat ia jatuh,

Ia tetap setia.

Untuk anak dan istriku aku adalah daun itu

Dengan caranya bersama tanah, bikin pohon terus berbuah meski ia harus mati.


Aku terus hanyut ……….mabuk……..terbang…….berlari..

Bermimpi trus saja bermimpi tentang khayalan anakku

Bermimpi saja tapi jangan pasrah

Bermimpi saja tapi jangan hanya bergantung pada angin dan rintik hujan.

(Terminal Bekasi, 19 Maret 2007)

Mengalir Saja

Bagiku tiap kata sangat bermakna, bagiku tiap rangkaiannya dapat berarti begitu banyak bagi yang membacanya.


Pada awalnya, jika bercermin ke masa kanak-kanakku dulu, aku tahu aku bukan seperti yang seperti sekarang. Dulu aku sangat pemalu dan terkadang tak begitu pandai untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiranku secara lisan kepada seseorang atau kepada banyak orang. Aku lebih memilih bahasa tulisan untuk mewakilinya. Buku diary atau surat-surat adalah media yang kupilih jika bahasa lisan itu tak dapat kugunakan mungkin karena takut akan situasi yang tidak mendukung. Diary, catatan-catatan, surat-surat baik yang kutujukan untuk pibadiku saja atau memang sengaja untuk kutujukan pada orang-orang yang kusayangi, orangtua, saudara, kekasih atau teman-teman adalah teman setiaku saat aku ingin mengekspresikan diriku, mengungkapkan persetujuan atau ketidaksetujuan akan sesuatu hal.


Dengan tulisan, aku merasa lebih berani mengungkapkan apa saja yang ada di benakku, tanpa takut dicela atau dipotong orang lain, aku merasa lebih bebas mengalirkan semuanya, mengalirkan emosi atau desakan kata-kata dengan lebih bijak.


Bahasa tulisan adalah kawanku. Menginjak remaja, begitu banyak hal di luar sana terlihat begitu menarik untuk diulas, untuk dikomentari, dan ya aku menulis saja, mengalir begitu saja. Tapi aku sangat tahu, menulis tidak sesederhana itu, tidak sesederhana untuk memuaskan rasa suka dan hobi, karena ia akan memberi begitu banyak warna buat tiap hati yang akan membaca hasil tulisan kita. Pengalamanku pribadi, lewat banyak tulisan dan buku-buku yang pernah aku baca, semuanya itu membantuku untuk dapat lebih menemukan jati diri, lebih dapat menjadi diri sendiri, mendewasakan karakter dan kepribadianku, menjadikanku lebih dewasa.


Dan aku ingin tetap selalu belajar untuk lebih baik. Lebih baik mengalirkan rasa, mengalirkan apa saja dan bagaimana serta tentang apa saja


Akhirnya Kumenemukanmu………

A bell is not a bell until someone rings it; a song is not a song until someone sings it.
Love wasn't put in the heart to stay, for love isn't love 'til you give it away.

(
Chanh Kha)


Aula Gereja St.Arnoldus Bekasi, Minggu, 15 April 2007, sinar lembayung mulai melembutkan sinarnya, suasana pesta pernikahan sudah mulai berakhir. Para tamu undangan hampir sebagian besar telah kembali pulang. Hanya kerabat dekat dan beberapa teman yang masih dapat dihitung dengan jari masih setia sampai akhir acara pesta kemarin. Beberapa meja tempat makanan terlihat sudah sibuk dirapikan, beberapa orang di luar gedung sudah sibuk bebenah.


Namun, di akhir pesta itu ada seseuatu yang tak terlupakan begitu saja olehku. Mempelai laki-laki tiba-tiba beranjak berdiri dari singgahsananya, masih lengkap dengan pakaian kebesaran tentunya, lalu meminta mikrofon dari penyanyi pesta. Semua mata memandangnya heran dan penuh tanya. Lalu, mulailah mengalir alunan nada dari Naff dan rangkaian kata yang tak asing lagi di tengah kita.


"Akhirnya ku menemukanmu dan bla....bla...........


Lalu setangkai bunga pun terulur manis dari tangan sang mempelai pria sambil menatap mesra kepada mempelai wanitanya.


Semua mata tak berkedip menyaksikan moment romantis tersebut. Tanpa sadar pula mata sang mempelai wanita menjadi berkaca-kaca, kaca-kaca bahagia. Lalu kaca-kaca itu jatuh perlahan mendarat di pipi sang mempelai, jatuh pecah pelan-pelan hingga menjadi buliran-buliran kecil. Suasana riang menjadi haru, menyelinap pelan-pelan ke dalam kalbu, menyentuh lembut hati semua orang yang menyaksikan itu, "Aku menerimamu apa adanya dengan semua keterbatasan yang kau miliki dan aku ingin kelebihanmu melengkapi pula semua kekuranganku" guman mempelai wanita.


Agung dan Dewi nama kedua mempelai itu :p, aktivis KKMK yang banyak berjasa buat kemajuan KKMK St.Arnoldus Bekasi.


Selamat dan bahagia Semoga Kasih dan Cinta akan lebih besar dari segala hal yang mungkin saja dapat terjadi. Kita tidak dapat mencintai orang yang sempurna, tapi kita dapat mencintai orang dengan sempurna. Cinta mengerti tidak semua bisa didapatkan.


Cinta itu pilihan..Tidak pernah memaksa..Bahkan ketika terlihat seperti kosong
Cinta membuat beribu pilihan didalamnya.Bukan hanya tentang siapa tapi juga tentang bagaimana dan apa. Berjuta pengandaian dan penjabaran berkutat tentang Cinta. Dia memiliki dimensi tak berbatas untuk dilihat karena Cinta akan selalu menjadi Cinta dan akan tetap ada sebagai Cinta untuk selama-lamanya…….


A Beautifull Wedding………………

Biru

Hingga kini,

masih kutatap langit

yang memang hanya bisa berikan aku kebiruan

Kebiruan yang tak kumengerti,

Merambah impian yang begitu jauh

sampai jauh ke langit biru,

telah merobek-robek hatiku.


Jaman dengan nyanyian dunia yang tak kupahami

Menjadikan ruang cinta yang bangun runtuh

bersama catatan dan sajak-sajak perih


Aku disini terus merintih, terhimpit sajak-sajak perih

Kuharap hujan turun membasuh tanah ini

Yang masih menyimpan catatan bersamamu

Yang terkadang masih diperdebatkan hati

Diantara simpang siurnya angin malam


Aku lelah, ingin berkemas

Untuk kenyataan-kenyataan

Kemudian kutulis surat pada angin

Mengentara di kertas-kertas

Berserak mencoreti dinding hatimu

Namun " Kau tetap membisu!"


Ada yang ingin disampaikan angin pada daun jatuh

Di tepian sungai ini, mengantarkan suara-suara.

Barangkali suara itu adalah kau

Adakah yang ingin kau sampaikan?

Adakah yang kau sembunyikan?

Katakanlah.............

Katakanlah apa saja..........


Tak jelas kudengar hanya ricik air yang menggenang

Menerjang kediaman batu-batu karang

Ingin kusuarakan sesak hati

sambil mengayuh sampan-sampan di sini

Hanya terdiam

pandangi lentera dimainkan angin malam.

(Bekasi, 3 Feb 2007)