10 October 2007

Menjadi Diri Sendiri



Menjadi DIRI SENDIRI? Banyak banget kita sering dengar orang berkata demikian "Ya, aku mau jadi diriku sendiri!"
Mudah mengatakannya, tapi untuk menjadi diri sendiri butuh proses panjang yang berliku. Untuk menemukan jati diri kita yang sebenarnya saja itu tidak mudah. Bener-bener butuh proses dan waktu yang tidak sebentar. Menjadi diri sendiri itu indah, kita tidak perlu berusaha untuk menjadi seperti idola-idola kita, mau seperti Delon-lah, mau seperti Krisdayanti, mau seperti Keanu Reaves-lah dan mau..mau...seperti lainnya...... Jadi diri sendiri itu lebih baik!!!Tiap pribadi itu unik kan, tidak ada yang sama, saudara kembar juga pasti akan ada bedanya.Potensi, kelebihan, kekurangan, daya tarik, bakat, kemampuan, perasaan dan banyak lagi tidak akan sama satu dengan yang lainnya. Bersyukur saja apapun adanya kita.

Rasanya usaha untuk menjadi diri sendiri itu tidak akan pernah berhenti.
Menjadi diri sendiri itu adalah perjuangan terus-menerus sampai seumur hidup kita. Tidak peduli apa yang akan orang lain katakan tentang kita, kita akan tetap terus berjalan lanjutkan hidup yang menurut kita itu baik untuk kita. Sejauh hidup kita tidak merugikan orang lain dan kita dapat mempertanggungjawabkannya pada Sang Pemberi Hidup!

Hidup tidak selamanya mulus, selalu saja pasang surut. Menerima hidup apa adanya, menjalaninya dengan tetap kreatif, memberinya banyak warna agar tidak bosan. Ya, hidup harus diberi warna, tidak bagus dan tidak menarik jika warnanya hitam putih saja. He..he..iya kan?

Menyadari penuh sejarah hidup kita, asal-usul kita, memaafkan masa lalu yang menyakitkan, membuka hati, mengakui perasaan-perasaan kita, dan menyusun rencana tentang masa depan kita. Semuanya itu juga proses untuk menjadi diri sendiri.


08 October 2007

Cinta Sejati dan Orang Tua


Bagiku cinta sejati cuma milik Tuhan semata!
Tuhan saja yang sangat mencintai kita secara luar biasa, kekal, tulus dan abadi hingga selama-lamanya. Sejak kita masih jadi benih di rahim Ibu hingga kita sampai kembali ke rumah-Nya

Kita nakal, jahat, mengecewakan!
Tuhan tetap saja mencintai kita, bahkan Ia mencintai kita seperti apa adanya kita. Ia ingin kita untuk tetap jadi diri sendiri. Apapun kita dan bagaimanapun kita, Ia tetap saja Cinta.

Aku pernah denger katanya orangtua mencintai anak sepanjang hayatnya. Cinta orangtua juga cinta sejati. Bagiku belum tentu!
Kadang orangtua juga sering memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya. Mereka ingin anak-anak mereka menjadi seperti yang mereka harapkan, bukan membantu mereka untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan dalih ini bahwa mereka ingin memberikan yang terbaik, tapi pada intinya tetap saja bahwa kita harus menerima keputusannya yang mungkin saja bertentangan dengan hati kita.

Benar menjadi sebuah kewajiban jika seorang anak harus berbakti pada orangtuanya, tapi bukan berarti dia harus mengingkari dirinya sendiri. Aku lebih suka jika seluruh orangtua di muka bumi ini, membiarkan anak-anaknya mengambil keputusannya sendiri. Tapi tentu tidak dilepas begitu saja, tapi diberikan pengarahan-pengarahan, bimbingan-bimbingan, dan semua hal yang anak-anak wajib mengetahuinya. Tapi, setelah itu biarkan anak-anak memilih dan memutuskan sendiri apa yang paling baik buat dirinya.
Mereka akan sekolah di mana?Jurusan apa?akan bekerja di mana?Profesi apa?atau akan menikah dengan siapa? BIARKAN MEREKA MEMILIHNYA SENDIRI!!!
Orangtua hanya boleh memberikan pilihan-pilihan dan pertimbangan-pertimbangan untuk semua pilihan itu, tapi TIDAK MEMUTUSKAN APA YANG HARUS DIPILIH si anak!

Sehingga, anak-anak diajarkan bagaimana BERTANGGUNG JAWAB dengan pilihan yang sudah mereka buat. Bagaimana jika anak salah pilih? Ya, biarkan saja, itu proses kok, lebih baik SALAH PILIH daripada TIDAK MEMILIH atau DIPILIHKAN!!!
Saat anak tersebut menyadari bahwa pilihannya salah, bukan berarti ia harus menyesal!!!Tidak ada yang harus disesali dalam hidup, semua hal kecil yang terjadi mengalirkan rahmatNya sendiri. HIDUP itu proses pembelajaran bukan? Untuk jadi lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi. TUHAN akan selalu menegur, melindungi setiap orang dengan sangat baik. Tidak ada yang akan pernah LUPUT dari perlindungan kasihNya. Yang dibutuhkan anak-anak adalah dukungan dan bimbingan agar kaki-kaki mereka tetap dapat menapak dengan benar, meski jalanan yang dilalui tidak rata dan begitu penuh onak duri.

Jika anak-anak harus jatuh, biarkan saja mereka mengalaminya dengan wajar TAPI TETAP BANTU agar mereka mampu bangkit lagi,
TUBUH dan JIWA mereka punya obatnya sendiri untuk menyembuhkan mereka. Tapi obat itu perlu rangsangan dari luar agar obat itu sungguh bekerja dengan alami dan tepat guna.


Setiap anak adalah UNIK dan HEBAT! Tak ada yang harus dibanding-bandingkan! TERIMA dan HARGAI saja. Waktu berproses mereka pun tidak sama untuk dapat menemukan JATI DIRI mereka yang sebenarnya. BANTU saja mereka untuk menemukan diri mereka sendiri, jangan biarkan mereka selalu menjadi anak kecil yang segalanya harus diatur! Menjadi bayang-bayang orangtua mereka adalah mimpi buruk bagi tiap anak di bumi ini.

BIARKAN MEREKA MENJADI DIRI SENDIRI! Bumi ini tentu akan lebih indah...........

04 October 2007

CINTA


Cinta tak pernah akan begitu indah jika tanpa persahabatan.

Yang satu selalu menjadi penyebab yang lain dan prosesnya adalah irreversible.

Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat yang terhebat.


Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap bahwa seseorang itu akan mencintai kamu persis sebaliknya dalam kapasitas yang sama. Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang lain akan dirasa kurang. Begitu juga dalam kasus kamu yang mencari, maka yang lain akan menanti.


Jangan pernah takut untuk jatuh cinta. Mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin akan menyebabkan kamu sakit dan menderita. Tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada akhirnya kamu akan menangis. Jauh lebih pedih karena saat itu menyadari bahwa kamu tidak pernah memberi.


Cinta itu sebuah jalan. Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah komitmen. Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja. Cinta tak harus berakhir bahagia. Karena cinta tidak harus berakhir.


Cinta sejati mendengar apa yang tidak dikatakan dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau pikiran, melainkan dari HATI.


Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan apapun sebagai imbalan, karena jika kamu demikian, kamu bukan mencintai, melainkan investasi. Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk menerima penderitaan. Karena jika kamu mengharap kebahagiaan, kamu bukan mencintai melainkan memanfaatkan.


Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu bersama seseorang yang kamu cintai dari pada kehilangan seseorang yang kamu cintai, karena egomu yang tak berguna itu.

Bagaimana aku akan berkata " SELAMAT TINGGAL " kepada seseorang yang tidak

pernah aku miliki? Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi

kepunyaanku? Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak pernah bersamaku dan kubertanya, “Kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya tidak pernah untukku?

Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu sama lain ketika mereka tinggal dalam dua dunia yang berbeda. Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi satu, itulah yang disebut KEAJAIBAN.


Jangan mencintai seseorang seperti bunga, karena bunga mati kala musim berganti, Cintailah mereka seperti sungai, sebab sungai mengalir selamanya. Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu bagaikan kepingan kaca, tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa ada seseorang yang akan bersedia untuk menambal lukamu dengan mengumpulkan kembali pecahan kaca itu. Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali. (Email kiriman Wening)

03 October 2007

Surat dari Ibu


Ketika aku sudah tua,

bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah, bersabarlah sedikit

terhadap aku.
 
Ketika pakaianku terciprat sup,
ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
 
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang
sesuatu yang telah bosan kau dengar,
bersabarlah mendengarkan, jangan memutus
pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang
cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar
kau tidur.
 
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku,
jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala
cara untuk membujukmu mandi?
 
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi
dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar
menjawab setiap "mengapa" darimu.
 
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu
yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan
waktu masih kecil.
 
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita,
berilah aku waktu untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah
penting, asalkan kau disamping mendengarkan,
aku sudah sangat puas.
 
Ketika kau memandang aku yang mulai menua,
janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku
menghadapimu ketika kamu mulai belajar
menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana
menjalani kehidupan ini,
sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan
memberikan senyum penuh rasa syukur,
dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak
terhingga untukmu
 

02 October 2007

Paradox Kehidupan

We have taller buildings, but shorter tempers, wider freeways but narrower viewpoints, we spent more but we have less; we buy more but enjoy less.


We have bigger house and smaller families; more conveniences, but less time, we have more degrees, but less common senses; more medicines but less wellness.


We spend too recklessly, laugh too little, drive too fast, get too angry too quickly, stay up too late, get up too tired, read too seldom, watch TV too much, and pray too seldom.


We have multiplied our possessions, but reduced our values, we talk too much love too seldom and lie too often.


We have learned how to make a living but not a life; we’ve added years to live but not life to years.


We have been all the way to the moon and back, but have troubles crossing the street to meet our new neighbor.


We’ve conquered outer space, but not inner space; we’ve done larger things but not better things, we’ve cleaned the air but polluted the soul. We have split the atom but not our prejudice. We write more but learn less, plan more but accomplish less.


We’ve learned to rush but not to wait, we have higher income, but lower morals, more foods, but less appeasement; more acquaintance but fewer friends.


We built more computers to more information, to produce more copies than ever, but have less communication with the one we loves. We have become long on quantity but short on quality.


These are the time of world peace, but domestic warfare; more leisure and less fun. There are more kinds of food but less nutrition.


These are days of two incomes, but more divorce, of fancier houses but broken homes.


These are days of quick trips, disposable diapers, throwaway morality, one-night stands, overweight bodies and pills that do everything from cheer, to quit, to kill.


It is time when there is much in the show window, but nothing in the stockroom.


Author: Unknown.