07 May 2008

Sarapan Cinta di Pagi Buta







Aku ingin meniup seruling

Dan kutiupkan nada demi nada

Yang mengalun hangat di resonansinya

Dan ingin kusampaikan betapa baiknya Tuhan


Pagi ini saat mentari masih malu-malu menampakkan diri

Terbius rasa nyaman dalam pelukan malam

Kudengar kicau burung ramai dan riang

Kusujud di kapel Katedral


Siapkan hati untuk hari ini.

Pukul 05.30 kuberanjak pergi

Karmel tujuanku, adalah kelanjutan langkah dari Katedral ini.

Mencari sedikit makanan bagi jiwaku yang hampir terlupakan


Langkahku tiba-tiba saja terhenti

Dan mataku terperangkap pada dua sosok insani

Sepasang Oma dan Opa berjalan bergandengan tangan

Begitu mesra berjalan menuju Gereja.

Rambut mereka sudah memutih semua


Jalan mereka tidak tegap lagi.

Tujuh puluh tahun?Hm....

Delapan puluh tahun??

Opa menuntun Oma dengan begitu hati-hati

Meski tangan Opa yang satunya lagi harus bersandar di tongkat penyangga

Menyangga tubuhnya yang tidak tegap lagi

"Ah....Tuhan, inikah sarapan cinta untukku?" desahku.

Seketika hatiku menjadi hangat


(Katedral, 1 Mei 2008, Kenaikan Isa Almasih)

Ayo Terbang









Untuk Isma-sahabat kecilku.


Ada yang kukagumi

Pada mata indahnya yang berpendar terang.

Meski ada benjolan besar di lehermu.

Saat kita saling bergandeng tangan

Dan menari poco-poco sama sama.

Kamu tertawa selepasnya.


Adik kecil,

Lupakan saja suara-suara sumbang

Yang menghanyutkan air matamu bermancur mancur

Jangan takut!

Terus saja terbang, dan jangan pernah berhenti karena takut!


Sayap-sayap kecilmu menantimu untuk menggerakkannya.

Jalanmu masih panjang, Adik Kecil!

Ayo kembali terbang dan jemput mimpimu.

Ayo terus terbang!


Lukislah langit dengan kepak ceriamu

Layaknya anak sebaya usiamu.

Birukan jejak awan!


Maka kau pasti akan takjub

Betapa kau sangat berharga

Meski kau hanya sebatang kara.

Kamu membuat semuanya jadi tampak indah


Adik kecil,

Kamu juga telah melukis senyum di bibirku.

Membuat hatiku jadi damai seketika.

(Panti Sinar Pelangi, 21 May’06)


Khawatir? Ada waktunya sendiri......

Dari Mario Teguh:

Ada waktu untuk merasa khawatir, dan ada waktu untuk bekerja keras tanpa rasa khawatir.

"Saya tidak akan mengurangi kesempatan saya untuk bekerja dan menghasilkan yang baik, dengan mengkhawatirkan hal-hal yang belum bisa saya selesaikan melalui yang saya kerjakan sekarang".

"Saya akan khawatir nanti, bila waktu untuk khawatir telah tiba".

"Itu sebabnya saya damai".

[I'm Easy Like Sunday Morning by Mario Teguh]


Seringkali kita merasa khawatir mengenai hal-hal yang sebetulnya belum waktunya untuk kita khawatirkan,

Seringkali kita terlalu ingin mengetahui hal-hal disekitar kita dengan menganalisa dengan sangat akurat sekali detail-detail dan dampak yang akan terjadi yang berhubungan dengan apa yang akan kita jalani atau yang akan kita lakukan,

Sehingga kerap kali kita tidak menyadari bahwa dengan mengetahui hal-hal yang belum waktunya tsb mengakibatkan banyaknya dinding-dinding yang menghalangi kita untuk bekerja keras dan bersiap menyambut datangnya kesempatan.


Karena,

"Tugas saya bukan untuk memastikan keberhasilan. Tugas saya hanyalah memastikan bahwa saya mencoba. Karena kesempatan untuk menang - ada di dalam upaya".


Kalau begitu,

Yakinlah dan tegaslah dalam memutuskan, karena kita tidak akan pernah ahli dan selalu benar dalam segala hal.
Kita hanya perlu berhasil dalam satu bidang yang kita cintai dimana kita terlihat menonjol dalam bidang tersebut.



So, don't make it complicated, just work through it...



06 May 2008

Karet Gelang itu Bicara Padaku...


Aku suka bermain dengan karet gelang. Entah dari bekas bungkus nasi yang aku beli di warung atau dari bekas bungkusan lainnya. Atau kadang-kadang juga saat tak sengaja menemukannya tercecer begitu saja di lantai.


Karet gelang itu memang tidak protes jika aku ajak bermain. Aku tarik-tarik sesukaku, aku putar-putarkan di jariku, atau kubentuk sesukaku.


Suatu sore, si karet gelang itu berbicara padaku. ”Hei, hidup itu elastis juga ibarat karet gelang. Bisa fleksibel sesuka yang punya. Hidup dapat ”melar” juga. Tapi jangan dipaksakan jika sudah melebihi batas elastisitasnya


Karet yang masih baru pasti keras bentuknya, dan berukuran kecil, tidak terlalu elastis

Tetapi jika sering digunakan, ia akan lebih elastis. Begitu juga dengan hidup, saat kita sering melatih elastisitasnya, hidup akan lebih lentur, lebih fleksibel, mengikuti apa saja yang dibungkusnya.


Hidup seperti sebuah karet. Tak usah paksakan. Karet punya batas ambang elastisitas. Batasi diri jika tidak kuat melebar lagi. Tak perlu berharap sempurna setiap waktu. Boleh kok jatuh sesekali. Seperti karet yang tak pernah mengeluh jika terlempar jauh, terjatuh atau tidak sanggup membungkus seseuatu yang besar.


Ya, hari ini aku belajar seseuatu dari karet gelang. Kecil, terkesan tak berarti tapi sebenarnya banyak berguna dan memberi pelajaran filosofi tersendiri

(Bekasi, 21 April 2008)

Rasa Takut!


Mario Teguh berkata:


Perlukah rasa takut itu ? Bagaimana mengatasi rasa takut itu ? Mungkinkah ada keberhasilan bagi orang yang takut ?


Ada orang yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Ada juga yang meng-kounternya dengan mengatakan saya adalah orang yang tidak takut, saya orang yang berani , sementara orang yang lain ada yang terus hidup dalam ketakutan.

Poin-poin pencerahan dari Bapak Mario Teguh sebagai berikut :

  • Rasa takut ada pada setiap orang dan rasa takut itu oke bila dikelola dengan baik. Orang yang takut bukanlah berarti stupid ; rumah tahan gempa dibangun oleh orang yang takut gempa, orang yang takut miskin akan membangun kemampuan agar tidak miskin. Orang yang takut tidak bisa membahagiakan keluarganya akan berupaya sungguh-sungguh untuk mencemerlangkan karir dan kehidupannya.
  • Orang takut haruslah membangun keberaniannya , karena orang yang berani adalah orang yang telah mengalahkan rasa takutnya dengan keberaniannya.
  • Antara takut dan berani ada dalam kontinum yang berbeda karena orang yang beranipun bisa sangat takut.
  • Hidup ini demikian penuh dengan alasan untuk merasa khawatir dan merasa takut, sehingga bila suatu hari kita mendapati hati ini terbebas dari rasa khawatir, sama sekali tidak merasa khawatir, ... justru itu-lah saat untuk mulai merasa khawatir. (EBB #33)
  • Kebahagiaan adalah tidak adanya ketidak- bahagiaan. Ketidak bahagiaan adalah keadaan dimana hadir kekhawatiran dan atau ketakutan. Rasa khawatir adalah bibit dari rasa takut. Dan rasa khawatir yang tidak dikelola dengan baik akan tumbuh menjadi sebuah ketakutan, yang kemampuan merusaknya jauh lebih besar dari rasa khawatir.
  • Bagaimana caranya kita merusak kualitas hidup kita dengan rasa khawatir ? Yaitu dengan tidak melakukan apapun untuk mengatasi penyebab rasa khawatir itu. Lalu apakah semua upaya untuk mengelola rasa khawatir dan takut itu akan menghilangkan penyebab timbulnya perasaan-perasaan itu ? Belum tentu, karena memang ada hal-hal yang berada diluar kemampuan terbaik kita. Dan untuk hal-hal itu kita hanya diminta untuk bisa menerima dengan baik,dan menyerahkannya kepada Pemilik hidup ini.
  • Doa untuk keadaan seperti itu : Yang Maha Pengasih, berilah aku kekuatan untuk menyelesaikan hal-hal yang bisa aku selesaikan, berilah aku kelapangan hati untuk menerima hal-hal yang tidak bisa aku selesaikan, dan berilah aku kebijakan untuk dapat membedakan antara keduanya.
  • Akan selalu ada yang berubah dari keadaannya sekarang. Dari sesuatu yang tidak menjadi masalah , bisa berubah menjadi masalah yang sangat besar. Itulah sebabnya kita harus berhati-hati dalam menjaga hal-hal yang memberikan kebaikan kepada kita baik itu benda, modal, hubungan baik dengan orang lain atau sebuah sumber pendapatan bagi kehidupan kita.
  • Tanpa perawatan, sesuatu yang baik belum tentu berubah menjadi sesuatu yang lebih baik, tetapi lebih sering berubah menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.
  • Orang yang benar-benar khawatir akan berupaya menjadi lebih bersungguh-sungguh. Jadi khawatirlah.
  • Dalam situasi yang dipenuhi penderitaan dan banyak hal yang menyakitkan hati ini lakukanlah self talk : „ Kamu sedang disakiti ya , koq sakit hati ... come on ! Are you man enough ? Nikmati penderitaan dan bukan hindari yang sedang dialami ; swallow hard and move on ! Pada saatnya kitapun akan dapat mengerti tujuan dari penderitaan yang telah dialami.