Hingga kini,
masih kutatap langit
yang memang hanya bisa berikan aku kebiruan
Kebiruan yang tak kumengerti,
Merambah impian yang begitu jauh
sampai jauh ke langit biru,
telah merobek-robek hatiku.
Jaman dengan nyanyian dunia yang tak kupahami
Menjadikan ruang cinta yang bangun runtuh
bersama catatan dan sajak-sajak perih
Aku disini terus merintih, terhimpit sajak-sajak perih
Kuharap hujan turun membasuh tanah ini
Yang masih menyimpan catatan bersamamu
Yang terkadang masih diperdebatkan hati
Diantara simpang siurnya angin malam
Aku lelah, ingin berkemas
Untuk kenyataan-kenyataan
Kemudian kutulis
Mengentara di kertas-kertas
Berserak mencoreti dinding hatimu
Namun " Kau tetap membisu!"
Di tepian sungai ini, mengantarkan suara-suara.
Barangkali suara itu adalah kau
Adakah yang ingin kau sampaikan?
Adakah yang kau sembunyikan?
Katakanlah.............
Katakanlah apa saja..........
Tak jelas kudengar hanya ricik air yang menggenang
Menerjang kediaman batu-batu karang
Ingin kusuarakan sesak hati
sambil mengayuh sampan-sampan di sini
Hanya terdiam
pandangi lentera dimainkan angin malam.
(Bekasi, 3 Feb 2007)
No comments:
Post a Comment