
Saat binar jadi berpendar
Dan awan berarak menjauh
Langit tak malu-malu
Menudunginya....
Sampan terus terkayuh
aku diam tak bertelut
Kubiarkan damai
Memelukku mesra.
Air bergejolak jadi diam
Sampanku jalan tenang.
(Cikarang, 6 Agustus 2008)
Hanya aliran rasa-rasa yang pernah singgah, ya mengalir saja........
Satu-satunya penumpang yang selamat dari sebuah kapal yang karam, terdampar di sebuah pulau kosong. Ia berdoa agar Tuhan berkenan menyelamatkannya. Setiap hari ia memandangi laut dan berteriak-teriak minta tolong. Tapi tak sebuah kapal pun tampak.
Lelah ia berteriak-teriak. Ia lalu mendirikan gubuk kecil sebagai tempat berlindung dari panas, hujan dan binatang buas.
Suatu hari ketika ia pulang setelah mengumpulkan bekal makanan, ia melihat gubuknya terbakar habis. Asapnya membumbung ke angkasa. Semua barangnya hangus dilalap api. Ia tersentak dalam kesedihan sekaligus kemarahan yang teramat sangat. "Tuhan, mengapa kau lakukan ini padaku!" teriaknya.
Keesokan paginya, ia terbangun dan dikejutkan oleh suara keras. Ternyata, sebuah kapal berlabuh di pantai untuk menyelamatkan dirinya!
"Bagaimana kalian tahu bahwa aku ada di sini?" tanyanya pada orang-orang yang menyelamatkannya.
"Kemarin kami melihat tanda asap tebal yang kau kirimkan," jawab mereka.
Smiley...! Terkadang keberuntungan datang di balik apa yang kita sebut dengan musibah. (170301)
(Unknown, "Blessings Usually Come in Disguise")
Aku tersesat dalam kebingungan
Ada yang menyelinap di antara dingin pagi dan kabut yang mengaburkan
Ada percakapan yang tertinggal di ruang tamu rumahku
Gerimis menyapaku di senja muram
Tak jua mereda rintiknya
Terus mengucur ringan
Tak jua mengering
Lalu aku terdiam
Mencoba berbicara dengan angin yang datang bersama hujan
Mengeja kata-kata yang telah terlontar
Terlambat menyadari
Sudah terlalu lama suaramu kuimpikan bersama gerimis
Adalah pertemuan itu terjadi
Tapi virus menciptakan amarah
Menciptakan pikiran buruk menjadi pemenangnya
Akal sehat dan sikap bijak terkalahkan
Di kelengangan angin malam yang suntuk
Daun-daun sujud jatuh di pekarangan
Seperti ada sederet kata tertinggal
Ada jiwa terpecah
Merayap pada cermin yang berdetak
Kuterjemahkan jejaknya
Jalan-jalan membuat persimpangan pada cermin jiwa
Adakah kabut tersingkap
Temukan hati bening
dan bayang-bayang menemukan kejelasan tentang bentuknya?
Ah, entahlah aku hanya seorang pengecut
Untuk berani mengetahuinya
(Bekasi, Sabtu 060408)
Aku ingin meniup seruling
Dan kutiupkan nada demi nada
Yang mengalun hangat di resonansinya
Dan ingin kusampaikan betapa baiknya Tuhan
Pagi ini saat mentari masih malu-malu menampakkan diri
Terbius rasa nyaman dalam pelukan malam
Kudengar kicau burung ramai dan riang
Kusujud di kapel Katedral
Siapkan hati untuk hari ini.
Pukul 05.30 kuberanjak pergi
Karmel tujuanku, adalah kelanjutan langkah dari Katedral ini.
Mencari sedikit makanan bagi jiwaku yang hampir terlupakan
Langkahku tiba-tiba saja terhenti
Dan mataku terperangkap pada dua sosok insani
Sepasang Oma dan Opa berjalan bergandengan tangan
Begitu mesra berjalan menuju Gereja.
Rambut mereka sudah memutih semua
Jalan mereka tidak tegap lagi.
Tujuh puluh tahun?Hm....
Delapan puluh tahun??
Opa menuntun Oma dengan begitu hati-hati
Meski tangan Opa yang satunya lagi harus bersandar di tongkat penyangga
Menyangga tubuhnya yang tidak tegap lagi
"Ah....Tuhan, inikah sarapan cinta untukku?" desahku.
Seketika hatiku menjadi hangat
(Katedral, 1 Mei 2008, Kenaikan Isa Almasih)
Untuk Isma-sahabat kecilku.
Ada yang kukagumi
Pada mata indahnya yang berpendar terang.
Meski ada benjolan besar di lehermu.
Saat kita saling bergandeng tangan
Dan menari poco-poco sama sama.
Kamu tertawa selepasnya.
Adik kecil,
Lupakan saja suara-suara sumbang
Yang menghanyutkan air matamu bermancur mancur
Jangan takut!
Terus saja terbang, dan jangan pernah berhenti karena takut!
Sayap-sayap kecilmu menantimu untuk menggerakkannya.
Jalanmu masih panjang, Adik Kecil!
Ayo kembali terbang dan jemput mimpimu.
Ayo terus terbang!
Lukislah langit dengan kepak ceriamu
Layaknya anak sebaya usiamu.
Birukan jejak awan!
Maka kau pasti akan takjub
Betapa kau sangat berharga
Meski kau hanya sebatang kara.
Kamu membuat semuanya jadi tampak indah
Adik kecil,
Kamu juga telah melukis senyum di bibirku.
Membuat hatiku jadi damai seketika.
(Panti Sinar Pelangi, 21 May’06)
Aku suka bermain dengan karet gelang. Entah dari bekas bungkus nasi yang aku beli di warung atau dari bekas bungkusan lainnya. Atau kadang-kadang juga saat tak sengaja menemukannya tercecer begitu saja di lantai.
Karet gelang itu memang tidak protes jika aku ajak bermain. Aku tarik-tarik sesukaku, aku putar-putarkan di jariku, atau kubentuk sesukaku.
Suatu sore, si karet gelang itu berbicara padaku. ”Hei, hidup itu elastis juga ibarat karet gelang. Bisa fleksibel sesuka yang punya. Hidup dapat ”melar” juga. Tapi jangan dipaksakan jika sudah melebihi batas elastisitasnya
Karet yang masih baru pasti keras bentuknya, dan berukuran kecil, tidak terlalu elastis
Tetapi jika sering digunakan, ia akan lebih elastis. Begitu juga dengan hidup, saat kita sering melatih elastisitasnya, hidup akan lebih lentur, lebih fleksibel, mengikuti apa saja yang dibungkusnya.
Hidup seperti sebuah karet. Tak usah paksakan. Karet punya batas ambang elastisitas. Batasi diri jika tidak kuat melebar lagi. Tak perlu berharap sempurna setiap waktu. Boleh kok jatuh sesekali. Seperti karet yang tak pernah mengeluh jika terlempar jauh, terjatuh atau tidak sanggup membungkus seseuatu yang besar.
Ya, hari ini aku belajar seseuatu dari karet gelang. Kecil, terkesan tak berarti tapi sebenarnya banyak berguna dan memberi pelajaran filosofi tersendiri
(Bekasi, 21 April 2008)
Mario Teguh berkata:
Perlukah rasa takut itu ? Bagaimana mengatasi rasa takut itu ? Mungkinkah ada keberhasilan bagi orang yang takut ?
Ada orang yang berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Ada juga yang meng-kounternya dengan mengatakan saya adalah orang yang tidak takut, saya orang yang berani , sementara orang yang lain ada yang terus hidup dalam ketakutan.
Poin-poin pencerahan dari Bapak Mario Teguh sebagai berikut :
Sumber: MTSC
Kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi individu atau organisasi untuk mencapai urutan hasil dalam urutan tindakan yang setia pada sebuah misi.
Seorang pemimpin adalah seorang penjual harapan, melalui kejelasan visi dan kekuatan misi.
Maka pastikanlah bahwa tindakan kita tidak berorientasi kepada kepentingan yang bukan bagi kebaikan yang kita pimpin.
Mohon Anda sadari bahwa, bagi seorang pemimpin – menjadi yang dipercaya adalah hadiah yang lebih baik dari apapun. Kepercayaan yang diberikan oleh anggota organisasi kepada seorang pemimpin datang dari perasaan terpastikan dalam mempercayakan proses memimpin pencapaian tujuan bersama kepadanya.
Untuk itu, siapapun akan mencapai kepantasan sebagai seorang pemimpin, bila ia membiasakan dirinya untuk meninggikan orang lain, tanpa merendahkan dirinya sendiri.
Dengannya, bila Anda berada dalam kendali yang baik, maka mereka akan merasa tenang dalam kepemimpinan Anda, lalu kemudian bila mereka merasa lebih percaya diri dalam kepemimpinan Anda, maka Anda adalah seorang pemimpin yang berwibawa.
Mohon Anda perhatikan bahwa, kewibawaan kepemimpinan seseorang dapat didefinisikan sebagai pesona pribadi yang memenangkan persetujuan orang lain, untuk bersikap dan berlaku sebagaimana yang dipimpinnya.
Dengannya, semua pemimpin yang berhasil membangun kebesaran organisasinya, selalu adalah pemimpin yang dekat dengan mereka yang dipimpinnya.
Sadarilah bahwa dia yang tidak melakukan hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi mereka yang dipimpinnya, telah menunda tercapainya kebaikan yang menjadikan hak mereka.
Maka kembangkanlah praktik-praktik kepemimpinan dan proses operasi yang membangun keceriaan dan keleluasaan untuk mencapai hasil lebih.
Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yang perbedaannya adalah kemampuan untuk mengubah yang biasa, menjadi luar biasa.
Perhatikanlah, sebuah organisasi tidak mungkin bisa bergerak mendekati bentuk kreatifitas apapun, bila sang pemimpin menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh utama dalam penolakan cara-cara yang lebih baik.
Dari mana memulainya?
Seperti dalam hal apapun,
mulailah dari diri Anda sendiri.
Anda adalah seorang khalifah.
Anak-Ku...
Engkau mungkin tidak mengenal Aku, tetapi Aku mengenal segala sesuatu tentang dirimu...(Maz.139:1) Aku tahu kalau engkau duduk atau berdiri ... (Maz.139:2) Aku mengerti segala jalanmu ... (Maz. 139:3) Setiap helai rambut kepalamu, terhitung semuanya ... (Mat. 10:29-31) Karena engkau diciptakan dalam gambar dan rupa- Ku ... (Kej. 1:26-27) Di dalam-Ku engkau hidup, engkau bergerak dan engkau ada ... (Kis. 17:28) Sebab engkau ini adalah keturunan-Ku ... (Kis.17:28)
Aku mengenal engkau sejak sebelum engkau ada dalam kandungan ... (Yeremia 1:4-5) Aku memilih engkau dari semula sebelum Aku menciptakan segalanya ... (Ef. 1:4-5) Engkau ada bukan karena suatu kesalahan,karena hari-harimu ada tertulis dalam kitab-Ku ...(Maz. 139:15-16) Aku telah menentukan waktu yang tepat untuk kelahiran dan di mana engkau akan hidup... (Kis.17:26) Kejadianmu dahsyat dan ajaib ... (Kis. 139:14) Karena Aku menenun engkau dalam kandungan ibumu ... (Maz. 139:13) Dan mengeluarkan engkau pada hari engkau dilahirkan ... (Maz. 71:6)
Seringkali Aku tidak dipahami oleh mereka yang tidak mengenal Aku ... (Yoh. 8:41-44) Aku tidak berada di tempat jauh dan murka, tetapi Aku adalah kasih yang sempurna ... (1 Yoh. 4:16) Dan adalah kerinduan-Ku untuk mengaruniakan Kasih-Ku untukmu ... (1 Yoh. 3:1) Semua itu karena engkau adalah anak-Ku dan Aku adalah Bapamu ... (1 Yoh. 3:1) Aku memberikan lebih dari yang dapat diberikan bapamu yang di dunia ... (Mat. 7:11) Karena Akulah Bapamu di Surga yang adalah sempurna ... (Mat. 5:48)
Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna engkau terima dari tangan-Ku...(Yak. 1:17) Karena Akulah pemeliharamu dan Aku memberi semua yang engkau perlukan ... (Mat. 6:31-33) Rancangan-Ku yang diberikan kepadamu adalah hari depan yang penuh harapan ... (Yer. 29:11) Karena Aku mengasihi engkau dengan Kasih yang kekal ... (Yer. 31:3) Pikiran-Ku terhadap engkau tidak terhitung seperti pasir di tepi pantai ... (Maz. 139:17-18) Dan Aku bergirang karena engkau dengan sukacita dan sorak-sorai ... (Zef. 3:17) Aku tidak pernah berhenti berbuat baik kepadamu ... (Yer. 32:40) Karena engkaulah harta kesayangan-Ku ... (Kel. 19:5)
Aku merindukan untuk mengokohkan engkau dengan segenap hati-Ku dan jiwa-Ku ... (Yer. 32:41) Aku akan menunjukkan kepadamu hal-hal yang besar dan yang ajaib ... (Yer. 33:3) Jika engkau mencari Aku dengan segenap hatimu, engkau akan menemukan Aku ... (Ul. 4:29)
Bergembiralah karena Aku, maka Aku akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu... (Maz. 37:4) Karena Akulah yang mengerjakan di dalammu kemauan itu ... (Fil. 2:13) Aku dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang engkau pikirkan ... (Ef. 3:20) Karena Akulah yang menganugerahkan penghiburan abadi kepadamu ... (2 Tes. 2:16-17) Akulah juga Bapa yang menghiburmu dalam segala penderitaanmu ... (2 Kor. 1:3-4) Ketika engkau patah hati, Aku berada dekat kepadamu ... (Maz. 34:19) Seperti seorang gembala menggembalakan dombanya, Aku membawa engkau dekat ke hati-Ku... (Yes. 40:11) Suatu hari Aku akan menghapus semua air mata dari matamu ... (Wah. 21:3-4) Dan Aku akan mengangkat semua kesusahan yang engkau derita di atas bumi ... (Wah. 21:3-4)
Akulah Bapamu, dan Aku mengasihi engkau seperti Aku mengasihi putra-Ku, Yesus ... (Yoh.17:23) Karena di dalam Yesus, Kasih-Ku kepadamu dinyatakan ... (Yoh. 17:26) Dialah gambar wujud dari keberadaan-Ku ... (Ibrani1:3) , Ia datang untuk menyatakan bahwa Aku di pihakmu, dan bukan untuk melawanmu ... (Roma 8:31) Dan untuk memberitahumu bahwa aku tidak memperhitungkan pelanggaranmu ... (2 Kor. 5:18-19) Yesus mati supaya engkau dan Aku dapat diperdamaikan ... (2 Kor. 5:18-19)
Kematian-Nya adalah pernyataan terbesar dari kasihKu untukmu ... (1 Yoh. 4:10) Aku menyerahkan semua yang Aku sayangi supaya Aku mendapat kasihmu ... (Roma 8:31-32) Jika engkau menerima anugrah Anak-Ku Yesus,engkau juga menerima Aku ... (1 Yoh. 2:23) Dan tidak lagi ada yang akan memisahkan engkau dari kasih-Ku ... (Roma 8:38-39) Kembalilah dan Aku akan mengadakan pesta terbesar yang pernah ada di Surga ... (Lukas 15:7) Selamanya Aku adalah Bapa, dan selamanya Aku tetaplah Bapa ... (Ef. 3:14-15)
PertanyaanKu adalah.....Maukah engkau menjadi Anak-ku? ... (Yoh. 1:12-13) Aku menanti-nanti untukmu ... (Luk. 15:11-32) Kasih-Ku untukmu, Bapamu, Allah yang MahaKuasa.
Sepulangku dari tempat kerja, saat matahari meredupkan sinarnya dan mengucap selamat datang senja, kudapati pintu rumahku tertutup rapat begitu pula dengan tirai-tirainya.
“Ya, sedang main kali”jawabku sendiri sambil terus mencari kunci rumah dalam tasku. Tapi, anehnya saat anak kunci itu kumasukkan ke
Aku menghampiri tempat tidurnya dan berlutut sambil perlahan mencoba mengintip wajahnya dari balik selimut.
Panas! Saat kusentuh tangannya. “Budi, kamu sakit ya?”Sebuah pertanyaan bodoh meluncur begitu saja dari mulutku. “Sudah minum obat belum?Sudah makan belum?Budi mau makan apa sayang?” Cerewetku mulai kambuh, aku menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab hanya dengan tatapan sepasang mata cekung dan rintihan sesekali.
Tak lama aku dan adik perempuanku mulai sibuk mengurusi adik tersayang ini. Menyuapinya, mengompres, memberinya obat penurun panas. Kami hanya berharap, semoga esok demamnya segera sembuh.
Tapi, baru saja aku akan memejamkan mata, kudengar adikku berteriak, “Mami…mami!” Saat kuhampiri dia, matanya masih saja terpejam. “Ah, cuma mengigau!” sambil kurapikan kembali selimutnya.
Tapi teriakan itu tidak kudengar sekali saja, ia mengigau berulang-ulang. Tiba-tiba saja aku merasa betapa seorang ibu sangat berarti untuk anak-anaknya. Saat itu juga kulangsung menekan sebuah nama di dalam ponselku dan kudengar suara mami di kampung
“Ya, mami besok ke
Esoknya mami datang seperti janjinya. Lega. Rasa khawatir dan bingungku berubah menjadi damai. Entahlah, mungkin merasa bebas dari tanggungjawab karena sudah ada Mami yang akan mengurus semuanya. Budi akan baik-baik saja di tangan Mami.
Malam ini tidak hujan, tetapi dingin sekali, masih sama seperti malam kemarin. Aku pandangi tubuh mungil adik kecilku ini. Ia masih mengigau dan menjerit-jerit. Hanya pelukan cinta Mami yang akan menenangkan adikku.
Sederet kata-kata menyeruak dari kalbuku seiring desiran darah yang mengalir ke atas dan memompa jantungku. “Aku sayang mommie, sayang mommie……!”
Tiba-tiba saja sebuah perasaan hangat menyembul tanpa permisi di hatiku. Teringat betapa mami begitu setia menemaniku saat setiap kali aku harus di opname di sumah sakit, meregang nyawa antara hidup dan mati.
Teringat seluruh masa-masa kecilku di kedua tangan yang sudah tidak muda lagi itu. Entah berapa banyak pelukan yang selalu mendamaikanku. Tangan-tangan ajaib! Lewat tangannya aku dan kedua adikku tak pernah terluput. Tangan-tangan yang selalu mengalirkan cinta. Cinta yang tak pernah habis. Cinta yang sederhana tapi bernyawa. Tangan yang tak pernah letih selalu menggendongku saat bayi, membelai dan memelukku. Menyuapi, menggandeng tangan, mengajariku berjalan, mengajariku cara makan, mengajariku membaca, menulis. Mencuci pakaianku, menyetrika, memasak. Menjahit dan berjualan masih sempat mami lakukan untuk menambah uang jajanku.
Semuanya………….Hanya seorang mami yang luar biasa. Aku bangga memilikinya. Mamiku seorang super mom! Tak pernah lelah. Selalu saja sabar, meski anak-anaknya kadang tak tahu diri dan seenaknya berteriak kepadanya. Mami, aku akan selalu sayang…………Seumur hidupku aku tak akan sanggup hidup tanpamu disisiku. Walau terkadang kita sering berbeda pikir.
Tiga hari lamanya Mami tinggal merawat Budi sampai segar kembali dan hari ini kudapati rumahku sepi lagi. Mami pulang dengan Budi. Papi tersayang sudah rindu ditinggal sendiri di sana he..he..
Sepi kembali, merasa sendiri. Selalu ada yang hilang saat
(Bekasi, 10 Maret 2008)
Sumber : Mengapa Takut Mencinta karangan John Powell, SJ