25 January 2008

Biarkan Angin Yang Menerbangkannya.



Sore hari di sebuah busway, dalam perjalanan pulang bersama seorang teman aku seperti mendapat pembicaraan menarik mengisi rasa bosan karena perjalanan ini.


“ Sye, gw kok ngerasa kayaknya lo itu sedang ngalami sesuatu ya?” celetuk sahabatku yang membuatku jadi agak terkejut.


“Maksudnya?”tanyaku sambil menatap wajahnya, tak berkedip.


“Ya berasa aja”ujarnya santai.


Aku menghela nafas panjang dan berkata “Gw baik-baik saja kok!”


Tapi sahabatku berkata lagi,”Gak Se, gw tahu kok, berasa lagi! Lo boleh kelihatan baik-baik aja, tapi gw ngerasa aura lo itu beda.”


Aku tersenyum sembari menebarkan pandangan ke sekeliling jalan yang dilalui busway yang kami tumpangi. Semuanya terlihat bergerak ke belakang menghindari tatapanku dan mungkin melupakanku. Aku semakin bingung untuk menjawab pertanyaannya. Kutertunduk dan menghela nafas panjang, pelan-pelan kubuka mulutku.


“Kalau mau jujur, ya gw memang sedang ngerasa cape, San!Banyak persoalan yang rasanya berat untuk dijalani. Tapi, apa iya gw harus diam diri di rumah, masuk kamar, merenungi nasib yang sedang tidak beruntung?Menangis seharian dan berharap masalah masalah akan segera selesai?”


Sahabatku tersenyum simpul sambil mengeryitkan dahi. Penuh rasa heran dia menatapku tajam. Aku hanya menarik nafas dan melanjutkan kembali ceritaku.


“Ya gak lah, dan untuk mengatasi itu, gw gak mau pikiran dan perasaan gw terfokus ke masalah itu.” ujarku sambil menatap ke gedung-gedung tinggi yang berlalu ke belakang lewat jendela kaca busway.


Mungkin akan lebih baik, jika saat ini aku tidak menjelaskan secara detil masalah-masalah yang kualami. Cuma teman di sampingku ini, di perjalanan busway ini yang mengetahuinya. Masalah-masalah yang cuma bikin sesak hati dan bikin air mataku mengalir. Semua orang punya masalah. Semua orang selalu menganggap masalahnya itu paling besar


Berpura-pura merupakan salah satu caraku atasi masalah. Dengan berpura-pura aku, menunjukkan pada semua orang bahwa aku ini baik-baik saja. Aku hanya cerita ke satu atau dua orang tentang apa yang kualami. Ya berbagi saja, karena setelah itu hati jadi lega!Teman terbaik selalu mengingatkanku untuk dapat terbang lagi. Salah satunya yaitu kamu San! Menguatkan untuk selalu dekat juga pada sumber energi yaitu Tuhan! Bukannya aku munafik, aku benci orang munafik! Aku ya aku, aku mau jadi diriku sendiri. Tak peduli dengan sejuta penilaian orang yang hanya bikin hati kita jadi cape.


Menyibukkan diri dengan focus pada kegiatan-kegiatan yang aku ikuti. Belajar focus lagi, meski itu harus berjuang keras. Jadi panitia ini lah, panitia itu lah bla..bla..deh, mengajar anak-anak, bermain dengan mereka, jadi guru les, pergi bersenang-senang dengan teman-teman, mengobrol dan bercerita, tertawa, bercanda, mendengarkan cerita mereka. Aku hanya ingin supaya perasaan sentimental itu “pergi” dari hatiku dan bercerita pada dunia “Aku gak betah tinggal berlama-lama di hati orang ini, karena dia tak mempedulikanku”


“Gw gak mau San, perasaan sedih, kecewa, putus asa atau airmata itu bikin kacau hidup gw. Gw gak mau mengijinkan perasaan –perasaan negative itu merebut 100 % seluruh suka cita dan kebahagiaan gw yang lain. Cukup satu persen saja, dan yang 99% itu tetap tinggal dan jadi milik gw!” ucapku lirih.


“Tapi, lo kan masih tahap penyembuhan Sye, jangan terlalu cape!” Ia menimpali lagi.


“Jujur, memang rasanya cape, dan kepalaku yang habis operasi dulu itu pasti pusing kalau terlalu cape. “


Aku menjalani operasi otak pasca kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Tapi, aku yakin dan percaya aku akan baik-baik saja. Tuhan akan menjagaku. Jadi lucu kalo ingat aku sering salah naik mobil, karena melamun dan tidak focus.


Aku memang sering jatuh dan menangis. Tapi, aku tahu semua itu membuatku makin kuat.Semua orang punya sisi baik dan punya ketulusan hati. Itu saja yang harus aku lihat dan aku ingat. (ingat nasehat Bo Sanchez)


Walau kadang karena sikapku ini, orang jadi memanfaatkanku. Mempermainkanku. Tapi, aku percaya Tuhan manjagaku dan membuat aku merasakan tanda-tanda jika seseorang akan melakukan ini padaku. Ini sudah pernah aku alami. Tuhan baik! Sehingga aku dapat membuat benteng pertahanan terlebih dahulu sebelum orang itu menyakiti, melukai lebih dalam lagi.


“Gw ingat sharingmu San, bahwa semua yang masuk ke tubuh kita tak ada yang menajiskan. Yang menajiskan itu, justru yang keluar dari mulut kita. Oya, bukumu masih aku pinjam -Sayap Sayap Rajawali Bagus dan menguatkan!”


Busway terus berjalan lewati banyak perhentian. Banyak orang keluar masuk dengan berbagai tujuan. Orang dengan keunikannya, dengan kegembiraannya dan juga tentu dengan suka citanya. Tiap orang selalu punya cerita menarik. Tak pandang tua-muda, kaya-miskin, pria-wanita. Semuanya semata-mata hanya karena ingin membuat banyak warna menarik pada lembaran panjang kehidupannya. Makin banyak warna, makin indah!


Aku akan mendoakan mereka yang pernah menyakiti, melukai dan mengecewakanku. Semata-mata, supaya hatiku damai dan aku dapat bersahabat dengan bayangan episode menyakitkan bersama mereka. Semua orang pasti pernah berbuat salah. Toh, aku juga banyak salah. Gak ada manusia sempurna kan?


Aku tidak mau menajiskan diriku dengan menyumpahi atau mengutuki apa yang sudah mereka lakukan untukku. Sudah biarkan saja, biarkan angin yang akan menerbangkan semua rasa-rasa negative ini, dan menggantinya dengan rasa sejuk tak terkira. Episode cerita buruk pasti mengalirkan rahmat tersendiri buatku. Hidup itu proses pembelajaran. Luka-luka itu bikin aku kuat tiap hari. Karena hanya dalam kelemahanlah Tuhan membuat kita jadi kuat.


Jakarta, 15 Desember 2007

(Perjalanan pulang dari Dai TV)

2 comments:

Anonymous said...

Naik bis jangan bengong dunk! hehehe...

Anonymous said...

Cerita yang inspiratif mbak! GBU!