06 May 2008

Karet Gelang itu Bicara Padaku...


Aku suka bermain dengan karet gelang. Entah dari bekas bungkus nasi yang aku beli di warung atau dari bekas bungkusan lainnya. Atau kadang-kadang juga saat tak sengaja menemukannya tercecer begitu saja di lantai.


Karet gelang itu memang tidak protes jika aku ajak bermain. Aku tarik-tarik sesukaku, aku putar-putarkan di jariku, atau kubentuk sesukaku.


Suatu sore, si karet gelang itu berbicara padaku. ”Hei, hidup itu elastis juga ibarat karet gelang. Bisa fleksibel sesuka yang punya. Hidup dapat ”melar” juga. Tapi jangan dipaksakan jika sudah melebihi batas elastisitasnya


Karet yang masih baru pasti keras bentuknya, dan berukuran kecil, tidak terlalu elastis

Tetapi jika sering digunakan, ia akan lebih elastis. Begitu juga dengan hidup, saat kita sering melatih elastisitasnya, hidup akan lebih lentur, lebih fleksibel, mengikuti apa saja yang dibungkusnya.


Hidup seperti sebuah karet. Tak usah paksakan. Karet punya batas ambang elastisitas. Batasi diri jika tidak kuat melebar lagi. Tak perlu berharap sempurna setiap waktu. Boleh kok jatuh sesekali. Seperti karet yang tak pernah mengeluh jika terlempar jauh, terjatuh atau tidak sanggup membungkus seseuatu yang besar.


Ya, hari ini aku belajar seseuatu dari karet gelang. Kecil, terkesan tak berarti tapi sebenarnya banyak berguna dan memberi pelajaran filosofi tersendiri

(Bekasi, 21 April 2008)

1 comment:

Anonymous said...

Ret..ret..karet..ajari Elsye terus soal kehidupan dari tubuhmu ya..

hehe..